Bisa di bilang bahwa kalimat diatas, dulu merupakan nama “gank”
kami sewaktu kami masih sama-sama belajar di pesantren. Dunia pesantren memang
terkenal dengan kerasnya batasan antara kaum adam dan hawa, namun kami bukanlah
santriwati biasa yang setiap harinya hanya menurut, patuh, dan taat pada
peraturan di sana.
Sebenarnya kami hanyalah kumpulan 8 orang santriwati yang...
bersahabat. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari kami diwarnai dengan 8 orang santriwan yang ada di sebrang sana. Pikiran kecil kami saat itu, jika kami (para gadis) saja bersahabat, kenapa para cowok-cowok itu tidak? Hingga muncullah nama itu.
bersahabat. Hanya saja dalam kehidupan sehari-hari kami diwarnai dengan 8 orang santriwan yang ada di sebrang sana. Pikiran kecil kami saat itu, jika kami (para gadis) saja bersahabat, kenapa para cowok-cowok itu tidak? Hingga muncullah nama itu.
Betapa terkenalnya ‘gank’ kami waktu itu, tapi entah mengapa
mengakibatkan banyak pro dan kontra. Kami tidak pernah menamakan kumpulan kami
adalah ‘gank’, hanya saja mereka selalu mengatakan hal tersebut sehingga nama
itu seolah-olah telah mendarah daging dengan kami. Mungkin karena status ‘gank’
yang kami sandang selalu dianggap negatif, sehingga setiap orang yang melihat
kebersamaan selalu terlihat sinis, atau mungkin sebenarnya mereka hanyalah iri
melihat kebersamaan kami. Begitulah kata salah satu sahabat ku yang kini
melanjutkan studinya satu kampus dengan ku.
Delapan orang bersahabat ini memiliki karakter yang
bermacam-macam
Yang pertama sebut saja NDP, seorang gadis berperawakan
tinggi, cukup tegas dan sangat berpengaruh dalam kumpulan kami. Satu yang ku
ingat darinya adalah kalau dia sangat takut dengan yang namanya ulat, bahkan
sampai sekarang.
Yeng kedua berinisial NDC, inisialnya mirip dengan yang pertama.
Mereka berdua sangat dekat, bahkan selama 6 tahun kita di pondok mereka
menghabiskan 4 tahun mereka untuk mencuci baju bersama. Sahabat kami yang satu
ini, tingginya tidak jauh berbeda dengan ku. Hanya saja ia nampak lebih putih. Ia
adalah tipe pekerja keras dan sangat rajin belajar.
Yang ketiga, sebut saja IF. Dia agak pendiam, meskipun
sebenarnya gak sediam itu sih. Hanya saja sosoknya yang tidak banyak bicara membuat
sepatah kata yang keluar dari mulutnya akan sangat berharga. Yang kuingat dia
suka dengan warna coklat.
Yang keempat namanya H5, dia cantik, lincah juga lumayan
tapi sayangnya di penghujung waktu kami
di pondok tercinta, dia ada sedikit masalah dengan beberapa orang dari
kami. Jadi kami tidak sedekat dulu dengan dia.
Yang kelima RZF. Keinginannya sejak 5 tahun yang lalu
akhirnya terpenuhi. Pasangannya di “16 Remaja Di Kalangan Cinta” akhirnya
menjadi pasangan hidupnya. Kulit putihnya yang pucat, membuat dia nampak
seperti keturunan belanda.
Selanjutnya DNI. Ini nih teman yang tadi aku bilang satu
kampus sama aku. Dia cukup rajin, agak serius sih memang, jadi kadang agak
susah diajak bercanda. Tapi paling enak kalau diajak curhat. Postur tubuh yang
hampr sama dengan ku membuat banyak orang bilang kalau kami anak kembar.
Ada juga nih yang inisialnya BSA, sahabat kami yang lumayan
religius, rajin juga pintar. Dia juga partner ku selama 3 tahun di bidang
mencuci baju. Sempat ada konflik antara aku dan dia hanya gara2 seorang cowok. Namun
konflik itu tidak akan merusak persahabatan kami, bahkan hingga detik ini pun kami masih baik-baik saja.
Terakhir adalah aku sendiri. Gadis berperawakan kecil,
lincah nan manja ini sempat dijauhi sama ketujuh sahabatnya. Mereka bilang anak
ini kurang bisa mengontrol omongannya sehingga tak jarang menyakiti yang
lainnya. Namun karena evaluasi tersebut anak ini selalu berusaha memperbaiki
dirinya.
Itulah sedikit deskripsi separuh dari anggota ’16 remaja di
kalangan cinta’. Selanjutnya akan terbit di sesi yang berikutnya.
J
ku nantikan edisi selanjutnya,.,.
BalasHapusapik apik :)
BalasHapushalo gaes
BalasHapus;)