Kamis, 12 September 2013

GURU ADALAH SUMBER ILMU PENGETAHUAN, ILMU ADALAH TIANG PENDIDIKAN


           Tak ada seorang pun di dunia ini yang tak pernah belajar. Sadar ataupun tidak, setiap orang di dunia terlahir tanpa ilmu, dan setiap manusia dapat melakukan sesuatu tentu saja karena adanya ilmu. Jika kita ingat, pada saat kita masih bayi kita hanya bisa menangis, lalu kita belajar minum, makan, berjalan, berbicara, dan juga banyak hal kecil lainnya. Sekecil dan seremeh apapun itu tetaplah disebut ilmu. Ilmu tidak mungkin datang begitu saja, saat kita tertidur kemudian saat kita bangun kita sudah menjadi seorang ahli kimia, atau mungkin saat kita duduk termenung lalu tiba-tiba kepala kita sudah penuh dengan rumus matematika, namun kita harus mencarinya dengan cara mempelajarinya tahap demi tahap. Dan tentu saja perantara kita untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah adalah guru.
            Guru tidak selalu berwujud manusia, namun terkadang kita pun bisa menganggap buku dan pengalaman sebagai guru. Namun jika kita hanya belajar dari buku dan pengalaman  tidak lah sempurna ilmu yang kita miliki. Bagaimana jika kita membaca suatu buku lalu kita tidak mengerti, atau mungkin yang lebih fatal lagi adalah kita selamanya akan salah paham dan salah mengartikan makna dari buku tersebut. Tidak hanya buku, namun juga pengalaman. Kita pasti sudah sering dengar istilah “experience is the best teacher”, namun semua itu tak kan berlaku, jika tak ada seorang pun yang menyadarkan kita bahwa pengalaman adalah pelajaran, kita bisa saja terjatuh di luang yang sama tidak hanya sekali atau dua kali, bahkan mungkin bisa saja lebih dari sepuluh kali.
            Oleh karena itu di sinilah akan kita sadari betapa pentingnya kehadiran sosok seorang guru. Guru yang akan mengantarkan kita kepada kejelasan, dan guru pula lah yang akan menjadi perantara kita dengan ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu melalui seorang guru? Tentunya kita harus belajar, kita harus melalui sebuah proses yang disebut pendidikan.
            Di negara kita berdasarkan formalitasnya pendidikan dikelompokkan menjadi dua, diantaranya :    

Pedidikan Formal:

-          PAUD
Akhir-akhir ini mulai maraknya jenjang pendidikan untuk anak usia dini atau yang biasa di kenal dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang peserta didiknya mulai dari usia 3-4 tahun. Pada masa ini peserta didik akan dikenalkan dengan materi-materi yang sangat dasar, misalnya warna, nama hewan, nama anggota tubuh dan masih banyak lagi. Namun mereka cukup menirukan saja tanpa harus menghafal karena psda tingkat ini para pendidik hanya bertugas untuk mengenalkan dan membiasakan kepada murid-muridnya saja.
-          TK
Pada masa ini, murid sudah mulai dituntut untuk mengerjakan sesuatu, mulai dari hal yang terkecil, misalnya menulis, menggambar, mewarnai dan pada tingkat ini pula mulailah para guru harus bisa mendidik muridnya sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah. Peserta didik tidak hanya sekedar menirukan apa yang dikatakan oleh para guru, melainka juga mengerjakan tugas.
-          SD
Peserta didik pada masa ini adalah masa menerima materi dan biasanya masa-masa penurut. Jika guru menyuruh melakukan ini maka ia akan melakukan ini, jika guru melarang untuk melakukan itu maka ia akan menghindarinya. Mereka belum seberapa terpengaruh oleh kebiasaan temannya, karena mereka lebih condong kepada gurunya. Pada usia ini pula mereka mulai diperkenalkan dengan Ujian Nasional.
-          SMP
Organisasi akan mulai mereka kenal ditingkat ini. Mereka akan mulai belajar untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka putuskan. Namun tidak dapat dipunkiri pula, bahwa pada masa ini murid akan lebih condong pada teman dan lingkungan dalam hal apapun dibandingkan kepada guru ataupun orang tua.
-          SMA
Pendawasaan akan mulai diperlihatkan di sini. Mulai dari belajar memecahkan masalah, maupun beradaptasi dengan lingkungan. Di tingkatan ini sekolah akan mengelompokkan mereka berdasarkan jurusan yang mereka minati atau jurusan yang dianggap letak dari kemampuan mereka. Di Sekolah Menengah Atas pada umumnya mulai mengelompokkan mereka berdasarkan jurusan masing-masing mulai dari kelas XI, namun di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekolah telah menentukan kelompok jurusan mereka sejak pertama kali mereka masuk di sekolah tersebut.
-          Sarjana
Di tingkatan ini peserta didik sudah tidak lagi di panggil murid atau siswa, melainkan mahasiswa. Jika panggilan ‘mahasiswa’ telah melekat pada diri mereka, maka mereka harus siap menerima resiko dari panggilan tersebut pula. Banyak seakali sekali julukan lain yang melekat pada diri mahasiswa, salah satunya yaitu “the agent of change”. Mengapa demikian? Salah satu alasannya yaitu karena mahasiswa adalah perantara antara pemerintah dan rakyat. Tidak hanya sampai disitu, mahsiswa haruslah kritis dalam menilai sesuatu dan mengambil keputusan.

Pedidikan Nonformal:

-          Bimbel
Bimbingan Belajar (Bimbel) didirikan untuk membantu anak-anak yang ingin belajar dengan mudah dan cepat memahami pelajaran. Bimbingan belajar ini bukanlah milik sekolah, melainkan berdiri sendiri di luar sekoalh, namun tak jarang pula beberapa lembaga bimbingan belajar bekerja sama dengan beberapa sekolah.
-          Ekstrakurikuler
Apa yang tidak di dapatkan para peserta didik di dalam kelas, akan mereka dapatkan disini dan sekolah pun telah menyediakannya. Misalnya, pramuka, menari, beladiri, teater dan masih banyak lagi. Orang tua tidak perlu repot mencari-cari ekstrakurikuler di luar sekolah, karena sekolah pasti telah menyediakan program tersebut. Malah di beberapa sekolah mewajibkan kegiatan tersebut, namun tak jarang pula sekolah yang membatasi jumlah peserta dari ekstrakurukulier tersebut.
-          Lingkungan
Pengaruh yang paling kuat bagi seorang anak adalah lingkungan. Sadar atau tidak apa yang kita lakukan, bagaimana sikap dan sifat kita semua itu terbentuk berdasarkan lingkungan kita. Jika kita diibaratkan kertas kosong, maka lingkungan sekitar kita adalah penanya. Apapun yang dituliskan oleh pena tersebut pasti akan terkam oleh kita sekecil apapun itu. Kita bisa melihat dari hal yang terkecil, misalnya anak seusia TK, mereka akan mengatakan sesuai dengan apa kata orangtua mereka, jika orangtua mereka sudah mengajarkan berbohong sejak dini, maka tak dapat dipungkiri bahwa hingga dewasa pun anak tersebut akan terbiasa untuk berbohong kecuali jika ia menemukan lingkungan yang baru dan lebih baik.
Dari penjelasn di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa ilmu tidak selalu kita dapatkan di kelas, jangankan di kelas di luar kelas pun kita bisa mendapatkan ilmu. Namun ilmu tidaklah sempurna tanpa seorang guru yang mengajarkannya dan yang menjelaskannya.
            Jika difikirkan secara logika, jika kita belajar dari sebuah buku dan kita mendapatkan banyak sekali ilmu di dalamnya, kita juga harus berfikir siapakah pengarang dari buku tersebut? Pastinya seorang guru. Guru tidaklah harus terdaftar di mentri pendidikan bahwa dia adalah seorang pelajar, namun siapa saja yang memiliki ilmu bisa menjadi guru. Baik ia seorang pegawai kantor, seorang kuli bangunan, maupun seorang penggangguran. Dan guru pertama setiap manusia adalah orang tuanya sendiri.
            Namun yang berperan penting untuk mengantarkan ilmu kepada kita adalah para bapak dan ibu guru kita di sekolah. Merekala yang mengajarkan kita mengenal huruf hingga kita bisa membaca, merekalah yang mengenalkan kita kepada angka sehingga kita bisa berhitung, mereka pula lah yang mengenalkan kita tentang agama sehingga kita bisa beribadah.
            Tanpa ilmu kita tak kan dapat melakukan apapun dan jika kita tidak berilmu maka kita adalah manusia yang tak berguna. Karena ilmu adalah tiang dari pendidikan dan guru adalah sumber dari ilmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar