Tak ada seorang pun di dunia ini yang tak pernah belajar. Sadar ataupun tidak, setiap orang di dunia terlahir tanpa ilmu, dan setiap manusia dapat melakukan sesuatu tentu saja karena adanya ilmu. Jika kita ingat, pada saat kita masih bayi kita hanya bisa menangis, lalu kita belajar minum, makan, berjalan, berbicara, dan juga banyak hal kecil lainnya. Sekecil dan seremeh apapun itu tetaplah disebut ilmu. Ilmu tidak mungkin datang begitu saja, saat kita tertidur kemudian saat kita bangun kita sudah menjadi seorang ahli kimia, atau mungkin saat kita duduk termenung lalu tiba-tiba kepala kita sudah penuh dengan rumus matematika, namun kita harus mencarinya dengan cara mempelajarinya tahap demi tahap. Dan tentu saja perantara kita untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah adalah guru.
Guru tidak selalu berwujud manusia,
namun terkadang kita pun bisa menganggap buku dan pengalaman sebagai guru.
Namun jika kita hanya belajar dari buku dan pengalaman tidak lah sempurna ilmu yang kita miliki.
Bagaimana jika kita membaca suatu buku lalu kita tidak mengerti, atau mungkin
yang lebih fatal lagi adalah kita selamanya akan salah paham dan salah
mengartikan makna dari buku tersebut. Tidak hanya buku, namun juga pengalaman.
Kita pasti sudah sering dengar istilah “experience
is the best teacher”, namun semua itu tak kan berlaku, jika tak ada seorang
pun yang menyadarkan kita bahwa pengalaman adalah pelajaran, kita bisa saja
terjatuh di luang yang sama tidak hanya sekali atau dua kali, bahkan mungkin
bisa saja lebih dari sepuluh kali.
Oleh karena itu di sinilah akan kita
sadari betapa pentingnya kehadiran sosok seorang guru. Guru yang akan
mengantarkan kita kepada kejelasan, dan guru pula lah yang akan menjadi
perantara kita dengan ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan
ilmu melalui seorang guru? Tentunya kita harus belajar, kita harus melalui
sebuah proses yang disebut pendidikan.
Di negara kita berdasarkan
formalitasnya pendidikan dikelompokkan menjadi dua, diantaranya :
Pedidikan
Formal:
-
PAUD
Akhir-akhir ini mulai
maraknya jenjang pendidikan untuk anak usia dini atau yang biasa di kenal
dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang peserta didiknya mulai dari usia
3-4 tahun. Pada masa ini peserta didik akan dikenalkan dengan materi-materi
yang sangat dasar, misalnya warna, nama hewan, nama anggota tubuh dan masih banyak
lagi. Namun mereka cukup menirukan saja tanpa harus menghafal karena psda
tingkat ini para pendidik hanya bertugas untuk mengenalkan dan membiasakan
kepada murid-muridnya saja.
-
TK
Pada masa ini, murid
sudah mulai dituntut untuk mengerjakan sesuatu, mulai dari hal yang terkecil,
misalnya menulis, menggambar, mewarnai dan pada tingkat ini pula mulailah para
guru harus bisa mendidik muridnya sesuai dengan target yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Peserta didik tidak hanya sekedar menirukan apa yang dikatakan
oleh para guru, melainka juga mengerjakan tugas.
-
SD
Peserta didik pada masa
ini adalah masa menerima materi dan biasanya masa-masa penurut. Jika guru
menyuruh melakukan ini maka ia akan melakukan ini, jika guru melarang untuk
melakukan itu maka ia akan menghindarinya. Mereka belum seberapa terpengaruh
oleh kebiasaan temannya, karena mereka lebih condong kepada gurunya. Pada usia
ini pula mereka mulai diperkenalkan dengan Ujian Nasional.
-
SMP
Organisasi akan mulai
mereka kenal ditingkat ini. Mereka akan mulai belajar untuk bertanggung jawab
atas apa yang mereka putuskan. Namun tidak dapat dipunkiri pula, bahwa pada
masa ini murid akan lebih condong pada teman dan lingkungan dalam hal apapun
dibandingkan kepada guru ataupun orang tua.
-
SMA
Pendawasaan akan mulai
diperlihatkan di sini. Mulai dari belajar memecahkan masalah, maupun
beradaptasi dengan lingkungan. Di tingkatan ini sekolah akan mengelompokkan
mereka berdasarkan jurusan yang mereka minati atau jurusan yang dianggap letak
dari kemampuan mereka. Di Sekolah Menengah Atas pada umumnya mulai
mengelompokkan mereka berdasarkan jurusan masing-masing mulai dari kelas XI,
namun di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekolah telah menentukan kelompok
jurusan mereka sejak pertama kali mereka masuk di sekolah tersebut.
-
Sarjana
Di tingkatan ini
peserta didik sudah tidak lagi di panggil murid atau siswa, melainkan
mahasiswa. Jika panggilan ‘mahasiswa’ telah melekat pada diri mereka, maka
mereka harus siap menerima resiko dari panggilan tersebut pula. Banyak seakali
sekali julukan lain yang melekat pada diri mahasiswa, salah satunya yaitu “the
agent of change”. Mengapa demikian? Salah satu alasannya yaitu karena mahasiswa
adalah perantara antara pemerintah dan rakyat. Tidak hanya sampai disitu,
mahsiswa haruslah kritis dalam menilai sesuatu dan mengambil keputusan.
Pedidikan
Nonformal:
-
Bimbel
Bimbingan Belajar
(Bimbel) didirikan untuk membantu anak-anak yang ingin belajar dengan mudah dan
cepat memahami pelajaran. Bimbingan belajar ini bukanlah milik sekolah,
melainkan berdiri sendiri di luar sekoalh, namun tak jarang pula beberapa
lembaga bimbingan belajar bekerja sama dengan beberapa sekolah.
-
Ekstrakurikuler
Apa yang tidak di
dapatkan para peserta didik di dalam kelas, akan mereka dapatkan disini dan
sekolah pun telah menyediakannya. Misalnya, pramuka, menari, beladiri, teater
dan masih banyak lagi. Orang tua tidak perlu repot mencari-cari ekstrakurikuler
di luar sekolah, karena sekolah pasti telah menyediakan program tersebut. Malah
di beberapa sekolah mewajibkan kegiatan tersebut, namun tak jarang pula sekolah
yang membatasi jumlah peserta dari ekstrakurukulier tersebut.
-
Lingkungan
Pengaruh yang paling
kuat bagi seorang anak adalah lingkungan. Sadar atau tidak apa yang kita
lakukan, bagaimana sikap dan sifat kita semua itu terbentuk berdasarkan
lingkungan kita. Jika kita diibaratkan kertas kosong, maka lingkungan sekitar
kita adalah penanya. Apapun yang dituliskan oleh pena tersebut pasti akan
terkam oleh kita sekecil apapun itu. Kita bisa melihat dari hal yang terkecil,
misalnya anak seusia TK, mereka akan mengatakan sesuai dengan apa kata orangtua
mereka, jika orangtua mereka sudah mengajarkan berbohong sejak dini, maka tak
dapat dipungkiri bahwa hingga dewasa pun anak tersebut akan terbiasa untuk
berbohong kecuali jika ia menemukan lingkungan yang baru dan lebih baik.
Dari
penjelasn di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa ilmu tidak selalu kita
dapatkan di kelas, jangankan di kelas di luar kelas pun kita bisa mendapatkan
ilmu. Namun ilmu tidaklah sempurna tanpa seorang guru yang mengajarkannya dan
yang menjelaskannya.
Jika difikirkan secara logika, jika
kita belajar dari sebuah buku dan kita mendapatkan banyak sekali ilmu di
dalamnya, kita juga harus berfikir siapakah pengarang dari buku tersebut?
Pastinya seorang guru. Guru tidaklah harus terdaftar di mentri pendidikan bahwa
dia adalah seorang pelajar, namun siapa saja yang memiliki ilmu bisa menjadi
guru. Baik ia seorang pegawai kantor, seorang kuli bangunan, maupun seorang
penggangguran. Dan guru pertama setiap manusia adalah orang tuanya sendiri.
Namun yang berperan penting untuk
mengantarkan ilmu kepada kita adalah para bapak dan ibu guru kita di sekolah.
Merekala yang mengajarkan kita mengenal huruf hingga kita bisa membaca,
merekalah yang mengenalkan kita kepada angka sehingga kita bisa berhitung,
mereka pula lah yang mengenalkan kita tentang agama sehingga kita bisa
beribadah.
Tanpa ilmu kita tak kan dapat melakukan apapun dan jika kita tidak berilmu maka kita adalah manusia yang tak berguna. Karena ilmu adalah tiang dari pendidikan dan guru adalah sumber dari ilmu.
Tanpa ilmu kita tak kan dapat melakukan apapun dan jika kita tidak berilmu maka kita adalah manusia yang tak berguna. Karena ilmu adalah tiang dari pendidikan dan guru adalah sumber dari ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar